Semarak kemenangan setelah Hari Raya Idul Fitri masih terasa di lingkungan sekolah. Setelah libur panjang, kegiatan masuk sekolah disambut dengan tradisi yang kaya makna, yakni Halal Bi Halal. Tahun ini, acara tersebut kembali digelar dengan khidmat tepat setelah pelaksanaan upacara bendera hari pertama masuk sekolah.
Lapangan utama sekolah yang biasanya dipenuhi barisan rapi saat upacara, hari itu berubah menjadi saksi bisu momen keakraban yang menghangatkan. Sesuai jadwal, seluruh siswa, guru, dan staf karyawan berkumpul untuk melaksanakan tradisi saling memaafkan.
Acara Halal Bi Halal dimulai dengan sambutan singkat dari Kepala Sekolah yang menekankan pentingnya silaturahmi, saling memaafkan, dan kembali merajut tali persaudaraan yang mungkin sempat terputus, baik disengaja maupun tidak. Momen ini juga menjadi penanda dimulainya kembali kegiatan belajar mengajar dengan hati dan pikiran yang bersih.
Puncak acara adalah pembentukan lingkaran raksasa di tengah lapangan. Kegiatan dimulai dari jajaran guru dan karyawan yang saling bersalaman, diikuti oleh seluruh siswa. Prosesi ini berjalan dengan tertib, namun sarat emosi.
Satu per satu, siswa menyalami teman-teman sekelas dan kakak kelasnya. Kemudian, mereka berbaris untuk menyalami dan mencium tangan seluruh dewan guru dan staf sekolah. Pemandangan ini menciptakan sebuah rantai persaudaraan yang tak terputus. Para siswa dan guru berinteraksi secara personal, mengucapkan “Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin” dengan tulus.
Beberapa siswa terlihat menitikkan air mata saat bersalaman dengan guru-guru yang mereka hormati, menyadari bahwa Halal Bi Halal bukan hanya tradisi, tetapi momen refleksi untuk membersihkan hati dari segala kesalahpahaman.
Kegiatan Halal Bi Halal di sekolah ini tak sekadar rutinitas pasca-Lebaran. Lebih dari itu, ia berfungsi sebagai fondasi untuk membangun iklim sekolah yang harmonis dan penuh toleransi. Dengan saling memaafkan, seluruh elemen sekolah mulai dari siswa, guru, hingga karyawan diharapkan dapat memulai semester baru dengan semangat yang lebih segar, fokus, dan yang terpenting, dengan hati yang lapang.
Tradisi bersalaman massal hingga membentuk lingkaran ini mengajarkan bahwa dalam lingkungan pendidikan, kebersamaan dan rasa hormat adalah kunci utama keberhasilan bersama.

